Senin, 04 Agustus 2014

Good bye Masa Remajaku



“Apa kamu tau? Apa yang aku rasa setiap waktu? “. Pikiran ini selalu menganggu, mengharap orang lain selalu mengerti apa yang ku rasakan ternyata malah membuatku semakin  berharap. Sudah aku coba melupakannya, ternyata memang sangat sulit. Orang-orang mungkin sudah bosan mendengar keluh kesah ceritaku, karna semuanya hanya terpusat pada satu titik. Yaitu masa lalu. Kenangan dengan orang yang benar-benar aku cintai.
Sungguh menyedihkan jika memikirkan orang-orang seperti ini, hidup dalam imajinasi dunianya sendiri yang sebenarnya membelenggunya dalam kesepian. Tanpa sadar membawanya terus mendalami kisah cinta yang sebenarnya sudah berakhir sejak lama. Atau malah kisah yang tidak pernah dimulai? Dan yang paling menyedihkan orang itu adalah diriku sendiri.
                “kerop, apa kamu tau apa yang aku rasa sekarang?” hhmm, mulai lagi dengan pikiran seperti ini pada boneka keroppi yang tak bersalah, yang sebenarnya boneka ini tak punya kemampuan untuk menyuruhku diam untuk menceritakan keluhkesahku.
                “aku begitu malas untuk bertemu dengan teman-teman smp ku, tadi malam sudah ketemu juga kan? Jadi gapapa kalau sore ini aku gak perlu datang. Bener kan kerop?”.
 Padahal aku begitu ingin bertemu dengan mereka, tapi kemungkinan akan menyenangkan sangat sedikit karna aku tau orang yang benar-benar ingin aku lihat tidak akan datang, seperti tadi malam.  Akupun mengirim beberapa pesan sebagai  alasan agar tak bisa datang, namun aku begitu kasian pada Galih teman SMP ku juga yang sedang sakit dan memintaku membawakannya obat  nanti.
Akhirnya aku memutuskan untuk membawakan obat itu kerumahnya, karna aku sudah berniat tidak akan datang. Sepeda ontel ku kayuh dengan pelan, karna rumahnya hanya berada 100 meter dari rumahku.
 “aku di depan rumahmu, keluarlah”.  akupun menutup hp dan menaruhnya di dalam saku celana olahraga SMA ku.
“kletek”. Seseorang melempar batu dari  seberang jalan. Aku spontan menoleh kebelakang dan langsung memalingkan muka lagi ke depan.
“apa ini?apa yang terjadi denganku sekarang?”. Jantungku berdegup kencang, tanganku gemetar dan mulutku tak bisa berkata apa-apa.  aku melangkah masuk ke rumah Galih, mencoba tak merespon kehadiran Danil dan Reza.
“Kamu kenapa Nay?” pertanyaan Reza membuatku semakin gemetar. Aku hanya bisa tersenyum menunduk tanpa berani melihat wajahnya. “kenapa sekarang?aku belum siap”. Pikirku dalam hati. Pikiranku kacau, aku tak bisa menemukan kata-kata yang bisa aku ucapkan. Dengan menguatkan diri, akupun pulang kerumah, setelah memberikan obat pada Galih.

               
Mungkinkah? Perasaan ini muncul lagi? Semakin tak bisa ku kendalikan.  Walaupun sebenarnya aku juga merasa senang bisa melihatnya lagi, setelah bertahun-tahun lamanya kami terpisah karna kuliah di kota yang berbeda. Hatiku mulai memberontak, keingintahuanku tentangnya semakin besar. “apa yang akan dia ceritakan? Aku juga ingin melihatnya lagi, melihatnya lebih lama untuk mengobati rinduku”. Aku memberanikan diri untuk pergi ke rumah Sasa, dimana teman-temanku berkumpul sekarang.
Aku duduk tak jauh dari Reza, mendengarkan teman-teman yang lain bercerita tanpa berkomentar. Hanya diam dan melihatnya sesekali. Rasanya sakit, tapi kenapa sakit? Aku sulit bernafas, seakan hatiku mau meledak saat ini juga. 
Kenyataan yang sebenarnya aku ingkari, bahwa Reza sudah menemukan hidup barunya di tempat kuliahnya tiba-tiba muncul dipikiranku. Aku harus bertahan disini, untuk waktu yang singkat ini. Mungkin hanya ada kesempatan ini aku  bisa melihatnya, karna akan sangat sulit menunggu  dalam waktu yang lama lagi. Tapi semakin lama, yang tersisa hanya sakit. Setelah ini berlalu, semua nya kembali pada semula, Reza dengan pacarnya dan aku dengan bayangannya.
Apa aku akan hidup seperti ini? Bisakah aku melewati semuanya. Saat masa lalu yang hanya bisa aku lihat berada di depanku melangkah menjauh ke jalannya sendiri, sedangkan aku hanya terdiam disini menunggunya kembali? Hanya orang bodoh yang akan melakukannya, dan aku adalah orang bodoh itu. Aku sadar, aku terlihat seperti orang tak punya semangat melewati hidupku. Bayanganku cukup besar untuk bersamanya, namun aku tau ini semua harus segera diakhiri dan percaya bahwa didepan sana kebahagianku sudah menanti. Yang pasti semua yang sudah ditakdirkan akan berada di jalannya masing-masing. Jika memang suatu saat takdir membawaku bersamanya kembali, itu akan terjadi. Kalau aku tetap terpuruk dan tidak menerima takdirku yang sekarang, bagaimana aku bisa tau nantinya akan berakhir seperti apa. cukup menjalaninya walaupun berat, cukup tersenyum pada hidup yang slalu membuat menangis. Aku yakin aku ini perempuan yang kuat, karna sampai sekarang saja aku masih bisa memegang janji yang sebenarnya sudah terlupakan diantaraku dan Reza. Bahwa aku akan menyimpan semua tentangnya, termasuk memakai cincin ini. Jika sekarang begitu menyakitkan, tidak apa-apa. karna nantinya aku akan baik-baik saja.
Hidup ini akan terus berjalan tanpa memberiku waktu untuk beristirahat. Karna itu menghadapi apa yang ada di depanku sekarang adalah lebih baik daripada hanya mengejar bayangan semu yang ternyata hanya ilusi belaka. Life must go on, walaupun aku merasa aku sudah tertinggal cukup jauh di belakang. Memulainya dari awal bukan kesalahanku, tapi awal untuk memulai kebahagianku. Dan kesalahanku adalah kenapa aku tidak memulainya dari dulu J