“Apa kamu tau? Apa yang aku rasa
setiap waktu? “. Pikiran ini selalu menganggu, mengharap orang lain selalu
mengerti apa yang ku rasakan ternyata malah membuatku semakin berharap. Sudah aku coba melupakannya,
ternyata memang sangat sulit. Orang-orang mungkin sudah bosan mendengar keluh
kesah ceritaku, karna semuanya hanya terpusat pada satu titik. Yaitu masa lalu.
Kenangan dengan orang yang benar-benar aku cintai.
Sungguh menyedihkan jika memikirkan
orang-orang seperti ini, hidup dalam imajinasi dunianya sendiri yang sebenarnya
membelenggunya dalam kesepian. Tanpa sadar membawanya terus mendalami kisah
cinta yang sebenarnya sudah berakhir sejak lama. Atau malah kisah yang tidak
pernah dimulai? Dan yang paling menyedihkan orang itu adalah diriku sendiri.
“kerop,
apa kamu tau apa yang aku rasa sekarang?” hhmm, mulai lagi dengan pikiran
seperti ini pada boneka keroppi yang tak bersalah, yang sebenarnya boneka ini
tak punya kemampuan untuk menyuruhku diam untuk menceritakan keluhkesahku.
“aku
begitu malas untuk bertemu dengan teman-teman smp ku, tadi malam sudah ketemu
juga kan? Jadi gapapa kalau sore ini aku gak perlu datang. Bener kan kerop?”.
Padahal aku begitu
ingin bertemu dengan mereka, tapi kemungkinan akan menyenangkan sangat sedikit
karna aku tau orang yang benar-benar ingin aku lihat tidak akan datang, seperti
tadi malam. Akupun mengirim beberapa
pesan sebagai alasan agar tak bisa
datang, namun aku begitu kasian pada Galih teman SMP ku juga yang sedang sakit
dan memintaku membawakannya obat nanti.
Akhirnya aku memutuskan untuk
membawakan obat itu kerumahnya, karna aku sudah berniat tidak akan datang.
Sepeda ontel ku kayuh dengan pelan, karna rumahnya hanya berada 100 meter dari
rumahku.
“aku di depan
rumahmu, keluarlah”. akupun menutup hp
dan menaruhnya di dalam saku celana olahraga SMA ku.
“kletek”. Seseorang melempar batu dari seberang jalan. Aku spontan menoleh
kebelakang dan langsung memalingkan muka lagi ke depan.
“apa ini?apa yang terjadi denganku sekarang?”. Jantungku
berdegup kencang, tanganku gemetar dan mulutku tak bisa berkata apa-apa. aku melangkah masuk ke rumah Galih, mencoba
tak merespon kehadiran Danil dan Reza.
“Kamu kenapa Nay?” pertanyaan
Reza membuatku semakin gemetar. Aku hanya bisa tersenyum menunduk tanpa berani
melihat wajahnya. “kenapa sekarang?aku belum siap”. Pikirku dalam hati.
Pikiranku kacau, aku tak bisa menemukan kata-kata yang bisa aku ucapkan. Dengan
menguatkan diri, akupun pulang kerumah, setelah memberikan obat pada Galih.
Mungkinkah? Perasaan ini muncul
lagi? Semakin tak bisa ku kendalikan.
Walaupun sebenarnya aku juga merasa senang bisa melihatnya lagi, setelah
bertahun-tahun lamanya kami terpisah karna kuliah di kota yang berbeda. Hatiku mulai
memberontak, keingintahuanku tentangnya semakin besar. “apa yang akan dia
ceritakan? Aku juga ingin melihatnya lagi, melihatnya lebih lama untuk
mengobati rinduku”. Aku memberanikan diri untuk pergi ke rumah Sasa, dimana
teman-temanku berkumpul sekarang.
Aku duduk tak jauh dari Reza, mendengarkan
teman-teman yang lain bercerita tanpa berkomentar. Hanya diam dan melihatnya
sesekali. Rasanya sakit, tapi kenapa sakit? Aku sulit bernafas, seakan hatiku
mau meledak saat ini juga.
Kenyataan yang sebenarnya aku
ingkari, bahwa Reza sudah menemukan hidup barunya di tempat kuliahnya tiba-tiba
muncul dipikiranku. Aku harus bertahan disini, untuk waktu yang singkat ini.
Mungkin hanya ada kesempatan ini aku
bisa melihatnya, karna akan sangat sulit menunggu dalam waktu yang lama lagi. Tapi semakin lama,
yang tersisa hanya sakit. Setelah ini berlalu, semua nya kembali pada semula,
Reza dengan pacarnya dan aku dengan bayangannya.
Apa aku akan hidup seperti ini?
Bisakah aku melewati semuanya. Saat masa lalu yang hanya bisa aku lihat berada
di depanku melangkah menjauh ke jalannya sendiri, sedangkan aku hanya terdiam
disini menunggunya kembali? Hanya orang bodoh yang akan melakukannya, dan aku
adalah orang bodoh itu. Aku sadar, aku terlihat seperti orang tak punya
semangat melewati hidupku. Bayanganku cukup besar untuk bersamanya, namun aku
tau ini semua harus segera diakhiri dan percaya bahwa didepan sana kebahagianku
sudah menanti. Yang pasti semua yang sudah ditakdirkan akan berada di jalannya
masing-masing. Jika memang suatu saat takdir membawaku bersamanya kembali, itu
akan terjadi. Kalau aku tetap terpuruk dan tidak menerima takdirku yang
sekarang, bagaimana aku bisa tau nantinya akan berakhir seperti apa. cukup
menjalaninya walaupun berat, cukup tersenyum pada hidup yang slalu membuat
menangis. Aku yakin aku ini perempuan yang kuat, karna sampai sekarang saja aku
masih bisa memegang janji yang sebenarnya sudah terlupakan diantaraku dan Reza.
Bahwa aku akan menyimpan semua tentangnya, termasuk memakai cincin ini. Jika
sekarang begitu menyakitkan, tidak apa-apa. karna nantinya aku akan baik-baik
saja.
Hidup ini akan terus berjalan tanpa
memberiku waktu untuk beristirahat. Karna itu menghadapi apa yang ada di
depanku sekarang adalah lebih baik daripada hanya mengejar bayangan semu yang
ternyata hanya ilusi belaka. Life must go on, walaupun aku merasa aku sudah
tertinggal cukup jauh di belakang. Memulainya dari awal bukan kesalahanku, tapi
awal untuk memulai kebahagianku. Dan kesalahanku adalah kenapa aku tidak
memulainya dari dulu J