Rabu, 06 November 2013

Muromachi Bakufu (1333 – 1573

Muromachi Bakufu
(1333 – 1573)

Kenmu Shinsei (建武新政)
Ketika Kamakura Bakufu diambang kejatuhan, kaisar Godaigo kembali ke Kyoto dari pengasingannya di gunung Okinoshima. Kondisi di istana Kyoto saat itu sangat kalut , terlebih ikut campurnya pihak bakufu menyangkut masalah pergantian kaisar. Pada awal abad ke 14 setelah masa pemerintahan kaisar Gosaga, garis keturunan kaisar terbagi menjadi dua. Yaitu keturunan Jimyoin dan keturunan Daikakuji.
Ketika pemerintahan Kamakura Bakufu jatuh pada tahun 1333 M, saat itu kaisar Godaigo yang memegang pemerintahan dan menolak campur tangan kuil maupun bakufu. Dia memberikan kedudukan yang sama kepada kaum bangsawan dan kaum militer militer dalam bidang pemerintahan. Kebijakan ini dikenal dengan nama Restorasi Kenmu. Namun dalam pelaksanaannya kebijakan ini malah semakin memperburuk keadaan saat itu, pertentangan yang terjadi antara kaum bangsawan dengan kaum militer semakin parah karena mereka saling berebut posisi sebagai pelaksana pemerintahan.
            Restorasi tersebut hanya berlangsung sampai 1336 M, karena pada tahun itu Ashikaga Takauji yang sebelumya membantu kaisar, berbalik menentang kaisar yang ingin memerintah sendiri. Ashikaga yang tidak puas kembali ke Kamakura dan mengumpulkan kaum militer yang anti istana untuk kemudian menyerang istana Kyoto. Pemerintahan kaisar Godaigo yang baru berumur kurang dari dua tahun pun berakhir.

Nanbokuchō Tairitsu
          Kaisar Godaigo yang kalah dalam pemberontakan lalu mundur ke Yoshino (di Nara) dan mendirikan istana Nanchō (istana selatan) di sana. Sementara itu di Kyōto telah diangkat kaisar baru. Karena itu pada tahun 1336 M –1392 M ada dua orang Tennō. Tennō yang di utara/Kyōto (Tennō Kōmyō) dan Tennō yang di selatan/Yoshino (Tennō Godaigo). Tennō yang di utara mendirikan istana Hokuchō (istana utara). Sehingga pada rentang waktu tersebut dikenal juga dengan zaman Nanbokuchō Tairitsu (zaman perselisihan istana di utara dan selatan).
            Karena jasa-jasanya tahun 1338 M, Tennō Kōmyō mengangkat Ashikaga Takauji sebagai Seiitai Shōgun/Panglima Besar Berkuasa Penuh dan mendirikan bakufu di Kamakura.

Periode Muromachi(室町幕府)
            Bakufu yang didirikan Ashikaga Takauji mempunyai ciri khas, yaitu penjamin dan pendukung politik istana kaisar. Berlainan dengan pemerintahan militer Kamakura yang membatasai secara ketat kekuasaan politik kaisar. Ashikaga Takauji menjalankan pemerintahan diarki. Dirinya menjadi kepala kalangan samurai, sedangkan adiknya yang bernama Ashikaga Tadayoshi menjadi kepala administrasi pemerintahan. Namun pemerintahan diarki tersebut ternyata menimbulkan konflik internal dalam keshōgunan, yaitu di antara keduanya terjadi perselisihan yang menyebabkan kerusuhan.
         Kō no Mōronao beserta pendukungnya yang anti-Tadayoshi berhadapan dengan kelompok pro-Tadayoshi. Takauji yang semulanya bersikap netral akhirnya memihak Mōronao. Tadayoshi dipaksa mengundurkan diri dari jabatannya dan dijadikan biksu. Putra Takauji yang bernama Yoshiakira menggantikan Tadayoshi sebagai kepala pemerintahan. Setelah Tadayoshi mengundurkan diri, putra angkatnya yang bernama Ashikaga Tadafuyu melarikan diri ke Kyūshū dan memberontak terhadap Shōgun.
         Pada tahun 1350 M, ketika Takauji memimpin ekspedisi untuk menghabisi Tadafuyu, Tadayoshi melarikan diri dari Kyōto dan bergabung dengan istana selatan. Pasukan Tadayoshi menjadi semakin kuat, sehingga Yoshiakira melarikan diri dari Kyōto karena kalah perang. Pasukan Takauji juga kalah melawan pasukan Tadayoshi. Tahun 1351 M, Takauji berdamai dengan Tadayoshi dengan syarat Kō no Mōronao dan Kō no Mōrouji dijadikan biksu. Tadayoshi kembali menjadi sebagai pembantu Yoshiakira. Takauji dan Yoshiakira memiliki rencana untuk menghabisi Tadayoshi dan Tadafuyu. Namun Tadayoshi lebih dahulu melarikan diri. Di tahun 1351 M juga Tadayoshi tertangkap.
         Tahun 1392 M Shōgun  generasi ke-3 yaitu Ashikaga Yoshimitsu (cucu Ashikaga Takauji) memindahkan bakufu dari Kamakura ke Moromachi, dan mendirikan bakufu Muromachi. Maka mulai tahun 1392 M – 1573 M disebut zaman Muromachi. Tahun 1392 M Ashikaga Yoshimitsu mendamaikan istana utara dan istana selatan yang sebelumnya berselisih. Tennō yang di selatan kembali ke Kyoto dan mengundurkan diri serta mengakui Tennō utara sebagai penggantinya.
         Tahun 1394 M Ashikaga Yoshimitsu menyerahkan jabatan Shōgun  kepada anaknya, kemudian ia mengundurkan diri tetapi masih tetap memerintah. Ashikaga Yoshimitsu yang mengundurkan diri ke Kitayama (dekat Kyoto) mendirikan paviliun emas (Kinkaku).
         Setelah Yoshimitsu meninggal tahun 1408 M, timbul kekacauan dalam pemerintahan. Terjadi percampuran Kuge (golongan bangsawan) dan Buke (golongan militer) yang berlanjut pula dalam budayanya, yaitu timbulnya Bukebunka (kebudayaan militer-bangsawan). Dalam kenyataannya, golongan Kuge kalah dari golongan Buke sehingga golongan Kuge jatuh miskin.
         Di ibukota Kyoto, Bakufu berkuasa tetapi kekuasaannya tidak mendapat penghargaan dari Daimyō. Bakufu tidak mampu mengatasi kekacauan pemerintahan yang disebabkan oleh Daimyō-Daimyō yang saling berperang untuk memperluas daerah dan lingkungan kekuasaannya.
         Meskipun pemerintahan dalam negeri sedang kacau, tapi perdagangan baik di dalam maupun luar negeri mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan pada tahun 1543 M Jepang membuka hubungan dagang dengan Portugis. Tahun 1549 M Franciscus Xaverius memasukkan agama Kristen ke Jepang. Selain agama, tembakau dan senjata api juga masuk ke Jepang.
         Kemudian pihak istana selatan yang dipimpin pangeran Muneyoshi, Nitta Yoshioki, Nitta Yoshimune, dan Hōjō Tokiyuki menyerang pasukan Takauji. Tahun 1354 M, pihak istana selatan untuk sementara berhasil menduduki Kyoto. Tapi tahun 1355 M, berhasil direbut kembali oleh pihak istana utara.
Struktur pemerintahan pada zaman ini hampir sama dengan struktur pemerintahan zaman Kamakura. Hanya saja kedudukan shikken berada dibawah shogun yang dijabat oleh kanrei. Tugas kanrei mengawasi pemerintahan secara keseluruhan. Di bawah kanrei masih tetap samurai mondokoro, mandokoro dan mochujo. Posisi kanrei secara bergantian dipegang oleh keluarga Ashikaga, Hoshokawa, Shiba dan Hatakeyama.
     Karakteristik pada zaman Muromachi antara lain, semakin kuatnya posisi para pembesar tuan tanah daerah, semakin meningkatnya kekuatan petani dan pembangsawanan kaum militer. Dampak lain akibat pertentangan istana utara dengan selatan adalah semakin kuatnya posisi para polisi jagabaya di daerah-daerah. Mereka dikenal dengan sebutan Shugo Daimyo (pembesar tuan tanah daerah).

Perang Ounin
         Pada masa pemerintahan Ashikaga Yoshimasa (Shōgun  generasi ke-8), pemerintahan semakin kacau. Dia mendirikan paviliun perak (Ginkaku) di Higashiyama. Untuk membiayai pembangunan paviliun tersebut harus ditarik pajak yang besar dari rakyat. Rakyat pun mengadakan pemberontakan. Puncak kekacauan terjadi pada perang Onin (Onin no ran) yang berlangsung 11 tahun (1467 M – 1477 M). Perang itu disebabkan oleh perselisihan dua orang pemimpin militer yaitu Yamanaka Sozen dan Hosokawa Katsumoto. Perang tersebut merupakan suatu tanda dari permulaan pergolakan mati-matian yang baru dapat diakhiri tahun 1615 M. Masa peperangan selama 100 tahun lebih tersebut disebut sebagai Sengoku jidai (zaman negara-negara berperang).
         Bakufu Moromachi jatuh setelah Oda Nobunaga berhasil merampas Kyōto.

Kebudayaan
         Dari segi arsitektur dibuat bangunan yang sangat megah seperti Kinkaku dan Ginkaku. Dari segi seni lahirlah seni minum teh (sado) dan seni merangkai bunga (ikebana), serta lukisan dengan tinta Cina (suibokuga). Dari segi pertunjukan, lahirlah drama dan Kyōgen (lelucon). Nō diciptakan oleh Kan’ami dan Zeami. Dari segi pertanian, petani telah mampu membuat kincir angin dan sistem tumpang sari. Dari bidang sastra pantun bersambung yang dikenal dengan nama renga. Lalu ada juga haiku, pantun bebas yang telah melepasakan diri dari ikatan-ikatan waka.

Peninggalan
         Bangunan yang paling terkenal pada zaman ini adalah Kinkaku dan Ginkaku. Kinkaku atau paviliun emas didirikan oleh Ashikaga Yoshimitsu. Bangunannya mengambil gaya arsitektur bangsawan dan gaya kuil Zen di Cina yang seluruhnya dilapisi emas. Sedangkan Ginkaku atau paviliun perak didirikan oleh Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil gaya arsitektur kuil Zen yang disebut Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya bangunan yang di dalamnya terdapat Tokonoma, Chigaidana (rak), Tatami (lantai tikar), Fusuma (pintu geser dari kertas), dan Akarishōji (jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar rumah gaya Jepang sekarang.

Daftar Pustaka
1.     Kazuma-world.blogspot.com/.../feodalisme-jepang-zaman-muromach...
2.     Pengantar Sejarah Jepang I oleh Prof. Dr. I Ketut Surajaya, M.A






Tidak ada komentar:

Posting Komentar