Muromachi
Bakufu
(1333 – 1573)
Kenmu Shinsei (建武新政)
Ketika Kamakura Bakufu diambang kejatuhan, kaisar
Godaigo kembali ke Kyoto dari pengasingannya di gunung Okinoshima. Kondisi di
istana Kyoto saat itu sangat kalut , terlebih ikut campurnya pihak bakufu
menyangkut masalah pergantian kaisar. Pada awal abad ke 14 setelah masa
pemerintahan kaisar Gosaga, garis keturunan kaisar terbagi menjadi dua. Yaitu
keturunan Jimyoin dan keturunan Daikakuji.
Ketika pemerintahan Kamakura Bakufu jatuh pada tahun
1333 M, saat itu kaisar Godaigo yang memegang pemerintahan dan menolak campur
tangan kuil maupun bakufu. Dia memberikan
kedudukan yang sama kepada kaum bangsawan dan kaum militer militer dalam bidang
pemerintahan. Kebijakan ini dikenal dengan nama Restorasi Kenmu. Namun dalam pelaksanaannya kebijakan
ini malah semakin memperburuk keadaan saat itu, pertentangan yang terjadi
antara kaum bangsawan dengan kaum militer semakin parah karena mereka saling
berebut posisi sebagai pelaksana pemerintahan.
Restorasi
tersebut hanya berlangsung sampai 1336 M, karena pada tahun itu Ashikaga
Takauji yang sebelumya membantu kaisar, berbalik menentang kaisar yang ingin
memerintah sendiri. Ashikaga yang tidak puas kembali ke Kamakura dan
mengumpulkan kaum militer yang anti istana untuk kemudian menyerang istana
Kyoto. Pemerintahan kaisar Godaigo yang baru berumur kurang dari dua tahun pun
berakhir.
Nanbokuchō Tairitsu
Kaisar Godaigo yang kalah dalam pemberontakan lalu mundur ke Yoshino (di
Nara) dan mendirikan istana Nanchō (istana selatan) di sana. Sementara
itu di Kyōto telah diangkat kaisar baru. Karena itu pada tahun 1336 M –1392 M
ada dua orang Tennō. Tennō yang di utara/Kyōto (Tennō Kōmyō) dan Tennō yang di
selatan/Yoshino (Tennō Godaigo). Tennō yang di utara mendirikan istana Hokuchō
(istana utara). Sehingga pada rentang waktu tersebut dikenal juga dengan zaman Nanbokuchō
Tairitsu (zaman perselisihan istana di utara dan selatan).
Karena jasa-jasanya tahun 1338 M, Tennō Kōmyō mengangkat Ashikaga Takauji
sebagai Seiitai Shōgun/Panglima Besar Berkuasa Penuh dan mendirikan
bakufu di Kamakura.
Periode Muromachi(室町幕府)
Bakufu yang didirikan Ashikaga Takauji mempunyai ciri khas, yaitu penjamin dan
pendukung politik istana kaisar. Berlainan dengan pemerintahan militer Kamakura
yang membatasai secara ketat kekuasaan politik kaisar. Ashikaga Takauji menjalankan
pemerintahan diarki. Dirinya menjadi kepala kalangan samurai, sedangkan adiknya
yang bernama Ashikaga Tadayoshi menjadi kepala administrasi pemerintahan. Namun pemerintahan diarki tersebut ternyata menimbulkan konflik
internal dalam keshōgunan, yaitu di antara keduanya terjadi perselisihan yang
menyebabkan kerusuhan.
Kō no Mōronao beserta pendukungnya
yang anti-Tadayoshi berhadapan dengan kelompok pro-Tadayoshi. Takauji yang
semulanya bersikap netral akhirnya memihak Mōronao. Tadayoshi dipaksa
mengundurkan diri dari jabatannya dan dijadikan biksu. Putra Takauji yang
bernama Yoshiakira menggantikan Tadayoshi sebagai kepala pemerintahan. Setelah
Tadayoshi mengundurkan diri, putra angkatnya yang bernama Ashikaga Tadafuyu
melarikan diri ke Kyūshū dan memberontak terhadap Shōgun.
Pada tahun 1350 M, ketika
Takauji memimpin ekspedisi untuk menghabisi Tadafuyu, Tadayoshi melarikan diri
dari Kyōto dan bergabung dengan istana selatan. Pasukan Tadayoshi menjadi
semakin kuat, sehingga Yoshiakira melarikan diri dari Kyōto karena kalah
perang. Pasukan Takauji juga kalah melawan pasukan Tadayoshi. Tahun 1351 M,
Takauji berdamai dengan Tadayoshi dengan syarat Kō no Mōronao dan Kō no Mōrouji
dijadikan biksu. Tadayoshi kembali menjadi sebagai pembantu Yoshiakira. Takauji
dan Yoshiakira memiliki rencana untuk menghabisi Tadayoshi dan Tadafuyu. Namun
Tadayoshi lebih dahulu melarikan diri. Di tahun 1351 M juga Tadayoshi
tertangkap.
Tahun 1392 M Shōgun generasi ke-3 yaitu Ashikaga Yoshimitsu (cucu
Ashikaga Takauji) memindahkan bakufu dari Kamakura ke Moromachi, dan mendirikan
bakufu Muromachi. Maka mulai tahun 1392 M – 1573 M disebut zaman Muromachi.
Tahun 1392 M Ashikaga Yoshimitsu mendamaikan istana utara dan istana selatan
yang sebelumnya berselisih. Tennō yang di selatan kembali ke Kyoto dan
mengundurkan diri serta mengakui Tennō utara sebagai penggantinya.
Tahun
1394 M Ashikaga Yoshimitsu menyerahkan jabatan Shōgun kepada anaknya, kemudian ia mengundurkan diri
tetapi masih tetap memerintah. Ashikaga Yoshimitsu yang mengundurkan diri ke
Kitayama (dekat Kyoto) mendirikan paviliun emas (Kinkaku).
Setelah Yoshimitsu meninggal
tahun 1408 M, timbul kekacauan dalam pemerintahan. Terjadi percampuran Kuge (golongan
bangsawan) dan Buke (golongan militer) yang berlanjut pula dalam
budayanya, yaitu timbulnya Bukebunka (kebudayaan militer-bangsawan).
Dalam kenyataannya, golongan Kuge kalah dari golongan Buke sehingga golongan
Kuge jatuh miskin.
Di
ibukota Kyoto, Bakufu berkuasa tetapi kekuasaannya tidak mendapat penghargaan
dari Daimyō. Bakufu tidak mampu mengatasi kekacauan pemerintahan yang
disebabkan oleh Daimyō-Daimyō yang saling berperang untuk memperluas daerah dan
lingkungan kekuasaannya.
Meskipun
pemerintahan dalam negeri sedang kacau, tapi perdagangan baik di dalam maupun
luar negeri mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan pada tahun 1543 M Jepang membuka
hubungan dagang dengan Portugis. Tahun 1549 M Franciscus Xaverius memasukkan
agama Kristen ke Jepang. Selain agama, tembakau dan senjata api juga masuk ke
Jepang.
Kemudian
pihak istana selatan yang dipimpin pangeran Muneyoshi, Nitta Yoshioki, Nitta Yoshimune,
dan Hōjō Tokiyuki menyerang pasukan Takauji. Tahun 1354 M, pihak istana selatan
untuk sementara berhasil menduduki Kyoto. Tapi tahun 1355 M, berhasil direbut
kembali oleh pihak istana utara.
Struktur
pemerintahan pada zaman ini hampir
sama dengan struktur pemerintahan zaman Kamakura. Hanya saja kedudukan shikken berada dibawah shogun yang dijabat oleh kanrei. Tugas kanrei mengawasi pemerintahan secara keseluruhan. Di bawah kanrei masih tetap samurai mondokoro, mandokoro dan mochujo. Posisi
kanrei secara bergantian dipegang
oleh keluarga Ashikaga, Hoshokawa, Shiba dan Hatakeyama.
Karakteristik
pada zaman Muromachi antara lain, semakin kuatnya posisi para pembesar tuan
tanah daerah, semakin meningkatnya kekuatan petani dan pembangsawanan kaum militer.
Dampak lain akibat pertentangan istana utara dengan selatan adalah semakin
kuatnya posisi para polisi jagabaya di daerah-daerah. Mereka dikenal dengan
sebutan Shugo Daimyo (pembesar tuan tanah
daerah).
Perang Ounin
Pada masa
pemerintahan Ashikaga Yoshimasa (Shōgun
generasi ke-8), pemerintahan semakin kacau. Dia mendirikan paviliun
perak (Ginkaku) di Higashiyama. Untuk membiayai pembangunan paviliun
tersebut harus ditarik pajak yang besar dari rakyat. Rakyat pun mengadakan
pemberontakan. Puncak kekacauan terjadi pada perang Onin (Onin no ran)
yang berlangsung 11 tahun (1467 M – 1477 M). Perang itu disebabkan oleh
perselisihan dua orang pemimpin militer yaitu Yamanaka Sozen dan Hosokawa
Katsumoto. Perang tersebut merupakan suatu tanda dari permulaan pergolakan
mati-matian yang baru dapat diakhiri tahun 1615 M. Masa peperangan selama 100
tahun lebih tersebut disebut sebagai Sengoku jidai (zaman negara-negara
berperang).
Bakufu Moromachi jatuh
setelah Oda Nobunaga berhasil merampas Kyōto.
Kebudayaan
Dari segi arsitektur dibuat bangunan
yang sangat megah seperti Kinkaku dan Ginkaku. Dari segi seni lahirlah seni minum teh
(sado) dan seni merangkai bunga (ikebana),
serta lukisan dengan tinta Cina (suibokuga).
Dari segi pertunjukan,
lahirlah drama Nō dan Kyōgen (lelucon). Nō diciptakan oleh Kan’ami
dan Zeami. Dari segi pertanian,
petani telah mampu membuat kincir angin dan sistem tumpang sari. Dari bidang sastra pantun bersambung yang
dikenal dengan nama renga. Lalu ada
juga haiku, pantun bebas yang telah
melepasakan diri dari ikatan-ikatan waka.
Peninggalan
Bangunan yang paling terkenal
pada zaman ini adalah Kinkaku dan Ginkaku. Kinkaku atau paviliun emas didirikan
oleh Ashikaga Yoshimitsu. Bangunannya mengambil gaya arsitektur bangsawan dan
gaya kuil Zen di Cina yang seluruhnya dilapisi emas. Sedangkan Ginkaku atau
paviliun perak didirikan oleh Ashikaga Yoshimasa. Bangunannya mengambil gaya
arsitektur kuil Zen yang disebut Shōinzukuri. Shōinzukuri merupakan gaya
bangunan yang di dalamnya terdapat Tokonoma, Chigaidana (rak), Tatami
(lantai tikar), Fusuma (pintu geser dari kertas), dan Akarishōji
(jendela kertas). Gaya ini menjadi dasar rumah gaya Jepang sekarang.
Daftar Pustaka
1.
Kazuma-world.blogspot.com/.../feodalisme-jepang-zaman-muromach...
2. Pengantar Sejarah Jepang I oleh Prof. Dr. I Ketut Surajaya, M.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar